Dunia Amatir Radio di Indonesia : Selayang pandang
Entah apa yang mau dikatakan dan harus diperbuat melihat kondisi serta situasi seperti sekarang ini dari dunia Amatir Radio di negeri tercinta ini. Entah ada kaitannya atau tidak dengan situasi ekonomi ataupun situasi-situasi lainnya yang sedang berkembang beriringan, yang nampak dan dirasakan sekarang ini adalah lesunya kegiatan Amatir Radio baik secara institusi maupun individu, seperti sudah masuk kedalam selang "deklinasi" dan terlihat belum ada usaha untuk apapun, baik itu merubah, mempersiapkan untuk lahir kembali. Untuk menggambarkan situasinya mungkin lebih tepat seandainya dikatakan "hidup segan, mati tak mau"
Meskipun demikian tetap layak diacungi jempol, bagi institusi maupun individu yang secara parsial masih memiliki ketajaman nalar serta rasa non komersial, untuk tetap berusaha eksis berinisiatif menggalang kerjasama kewilayahan dan bantuan sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. Demikian juga bagi individu yang tetap eksis dalam kancah internasional yang dengan sadar ataupun tidak, telah tetap menjadikan YB land terdengar, paling tidak....
Penulis juga sedang bingung... akan menyalurkan aspirasi yang ada dibenak ini, kemana dan kepada siapa. Secara organisasi memang jelas ada struktur organisasi dan kepengurusan baik tingkat pusat sampai ke tingkat lokal, tapi lagi-lagi...???? sampai untuk meneruskan hobi inipun harus pindah rumah/alamat sekaligus pindah lokal, yang untungnya diikuti oleh pindahnya ladang garapan yang kebetulan sesuai dengan kepindahan alamat. Dan untungnya lagi Lokal baru sangat antusias dan mendukung tanpa harus merasa bahwa mereka-mereka adalah pengurus yang harus didewa-dewakan dan harus hati-hati dengan titahnya.
Jadi kapan? oleh siapa? untuk apa? masih menjadi pertanyaan yang tertanam dalam benak dan akan sering dilontarkan bagi yang peduli, mengingat kondisi dan situasi Amatir Radio kita. Karena belum bersatunya nalar serta rasa atau mungkin lebih tepatnya tujuan utama dalam menyalurkan hobi ini, tanpa ditunggangi tujuan pribadi atau kelompok.
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, peribahasa yang selalu teringat untuk mencapai sesuatu atau apapun. Mudah-mudahan semakin banyak institusi maupun individu yang tergerak untuk berbuat lebih banyak lagi untuk wadah tunggal ini. Sehingga tidak sia-sialah keberadaan kita. Atau paling tidak... dapat menyalurkan hobi dalam aturan dengan banyak sambilan... ;sambil humor;sambil cari duit;sambil gaya;sambil santai;sambil ngobrol;sambil ngopi;dan masih banyak sambil lainnya yang bisa disambilkan sendiri sesuai kebutuhan, yang penting sambil positif.
Sambil menulis ini, sebenarnya juga sedang sambil menunggu beduk magrib untuk berbuka puasa dan belum sholat ashar. Untuk itu Saya sudahi dulu selayang pandang ini untuk menunaikan kewajiban tersebut. Dan Saya sungguh sangat berharap mendapat tanggapan reka-rekan atas tulisan ini, sekaligus juga untuk ikut dalam polling diatas.
Terimakasih atas waktunya untuk membaca tulisan ini, jangan segan untuk mengunjungi blog ini
GL ES 73
de YD1XUH
Sabar mas Edy, positif thingking aja. yang penting kegiatan hobby kita tetap jalan terus, OK?
BalasHapusSetuju Om Harry.... positif ataupun negatif..kemana lagi lha wong wadah tunggal ya kan.. hee..hee..
BalasHapusKamis 10 September 1992, tulisan saya dengan judul Organisasi Amatir Radio Antara Harapan Dan Kenyataan dimuat di salah satu koran lokal "Cahaya Siang" di Manado. Intinya adalah bagaimana lemahnya keberadaan organisasi ORARI (wadah tunggal..?)serta kwalitas anggota amatir radio yang menurut istilah Om Edy hanya 'Numpang Gaya'.
BalasHapusTahun 1994 saya pindah ke Jakarta untuk 'mencari sesuap nasi' dengan callsign YD8RNC. Terbesit dipikiran saya bahwa apa yang saya rasakan di daerah saya dulu dalam kehidupan keamatirradioan akan berbeda dengan di ibukota negeri tercinta ini..?.... Eeeeeh ternyata setelah YD8RNC/0 mulai memancar di call area zero, rupanya kehidupan keamatirradioan sama saja. Potret buram amatir radio yang 'terlihat' di sana, terlihat juga di sini.
"Hidup segan mati tak mau" dalam kegiatan amatir radio tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang merupakan konsekuensi logis dari kemajuan teknologi telekomunikasi. Contoh kecil di frekuensi 2 meter band tempat saya "bermorse-ria" mulai hening setelah para morser lebih senang 'mengetik' di 'frekbook' daripada mengetuk di frekuensi.
KEPMEN baru yang mengatur tentang keamatiradioan di negeri ini mungkin tinggal menghitung hari (kata Kris Dayanti). dan jika KEPMEN itu terbit sebagai pengganti KEPMEN No. 49 Tahun 2002 yang kontoversial itu, maka itulah momentum kebangkitan amatir radio di Indonesia dalam era demokrasi. Konsekuensinya adalah apakah para anggota amatir radio siap untuk dilahirkan kembali seperti kata YD1XUH..?? ..... jawabnya ada pada diri kita masing-masing.-
Salam Hangat.
de YD0MFW
Tnx Om Patri... sudah menyempatkan mampir ke blog ini.
BalasHapusSaat Saya posting pada tanggal 6 September 2009 sementara Om Patri menulis pada 10 September 1992, Tanggalnya kurang 4 hari sementara tahunnya telah lewat 17 tahun, he...he.... ada apa di bulan September ya Om...
Saya sampai tidak berani untuk mengatakan mudah-mudahan berubah seperti yang kita harapkan, karena kurun waktu 17 tahun bukan waktu yang singkat.
He...he... FB memang lebih ganas dari Swain Flu ternyata Om.
Saya setuju Om, karena apapun perubahannya, sedahsyat apapun perubahannya, "sepanjang kita masih terus begini, takkan pernah ada damai bersenandung".
Kalau kata Pance "Kucari jalan terbaik" sepertinya belum ketemu sampai sekarang he...he... lagipula siapa yang mencari.. entahlah.
Salam Sejahtera Selalu
de YD1XUH